Senin, 10 Juni 2013

Teori Assesment



2314290948_4a9e3da1b1.jpg

REVIEW
TEORI ASSESMENT

 Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Klasikal
Dosen Pengampu: Dr. Awalya, M.Pd., Kons.









Disusun Oleh :

SIWI AGUSTIANINGSIH
1301411043
ROMBEL 01










BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013




ASSESMENT

Assessment merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Karena itulah asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika  dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien.
 Asesmen yang dilakukan sebelum, selama dan setelah konseling berlangsung dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dalam prakteknya, asesmen dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah klien.
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi yang dimiliki oleh klien dalam memecahkan masalah.  Asesmen yang dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi  beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang  ditetapkan dan dikembangkan  oleh  Guru BK/ Konselor sekolah. Asesmen yang diberikan kepada klien merupakan pengembangan  dari area kompetensi dasar pada diri klien yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada umumnya asesmen bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, asesmen merupakan hal yang penting dan harus  dilakukan dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah karena asesmen yang tidak memadai  akan menyebabkan tritmen gagal; atau bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri klien.  Meskipun menjadi dasar dalam melakukan tritmen pada klien, tidak berarti konselor harus menilai (to assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi klien pada saat itu jika tidak perlu. Kadangkala konselor menemukan bahwa ternyata   “hidup” klien sangat menarik. Namun demikian tidaklah efisien dan tidak etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak relevan dengan tritmen yang diberikan untuk mengatasi masalah klien. Karena itu, setiap guru pembimbing/ konselor perlu berpegang pada pedoman pertanyaan sebelum melakukan asesmen; yaitu “Apa saja yang perlu kuketahui mengenai klien?”. Hal itu berkaitan dengan apa saja yang relevan untuk mengembangkan intervensi atau tritmen yang efektif, efisien, dan berlangsung lama bagi klien.

A.       Pengertian Assesment
        Berikut ini akan lebih dijelaskan mengenai pengertian assessment menurut beberapa ahli.
1.      Menurut Anwar Sutoyo mengutip pendapatnya Aiken (1997: 454) menjelaskan bahwa human assessment adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu.
2.      Menurut Heru Mugiarso dan Sunawan menyebutkan bahwa assessment mengacu pada penggunaan berbagai metode pengukuran untuk memahami suatu objek.
3.      Menurut Robert M Smith (2002), assessment merupakan suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
4.      Menurut James A.Mc.Lounghlin dan Rena B Lewis assessment merupakan proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.

5.      Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
Assessment yaitu mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi, memilih dan mendesain program treatment, mengukur dampak treatment yang diberikan secara terus menerus, mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
6.      Menurut Lidz (2003)
Assessment merupakan proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala yang dialami, kelebihan dan kekurangannya serta peran penting yang dibutuhkan anak.
7.      Khan, Hardas dan Ma (2005) dalam Achmad Rifa’i
Asesmen merupakan proses mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan.
8.      NAEYC dalam Achmad Rifa’i
Asesmen merupakan proses pengamatan, pencatatan dan selanjutnya pendokumentasian pekerjaan yang dikerjakan peserta didik dan cara-cara peserta didik mengerjakannya, untuk dijadikan sebagai dasar dari berbagai pembuatan keputusan pendidikan yang mempengaruhi anak.
9.      Dodge dan Bickart (1994) dalam Achmad Rifa’i
Asessmen merupakan proses memperoleh informasi tentang anak untuk membuat keputusan tentang pendidikannya.
10.  Hills (1992) dalam Rifa’i
Asesmen terdiri atas tahap pengumpulan data tentang perkembangan dan belajar peserta didik, menentukan kebermaknaan tujuan program, memadukan informasi ke dalam perencanaan program, dan mengkomunikasikan temuan kepada orang tua dan pihak-pihak yang berkepentingan.

      Berdasarkan pengertian di atas saya menyimpulkan bahwa assessment merupakan suatu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dilakukan dengan berbagai macam metode/cara untuk mengetahui kondisi objek yang sebenarnya sehingga dapat memperoleh informasi yang jelas yang akan digunakan untuk membuat suatu layanan kebutuhan yang sesuai.

B.        Fungsi Assesment dalam Bimbingan dan Konseling
      Hood & Johnson (1993) menjelaskan ada beberapa fungsi assessment,    diantaranya adalah.
1.      Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan
2.      Menjelaskan masalah yang senyatanya
3.      Memberi alternative solusi untuk masalah
4.      Menyediakan metode untuk membandingkan alternative sehingga dapat diambil kesimpulan.
5.      Memungkinkan evaluasi efektivitas konseling.

C.        Ruang Lingkup Assesment
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:
1.   Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai  status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa yang  diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.
2.    Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama. Di sinilah muncul fungsi evaluator dalam asesmen, yang memberikan informasi-informasi  nyata  yang potensial. Hal inilah yang kemudian membuat asesmen menjadi efektif, yang dapat membuat klienmampu  membedakan  latihan yang dilakukan pada saat konseling dan penerapannya di kehidupan
nyata dimana
 klien harus membuat suatu keputusan, atau memilih alternatif-altenatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.
 3. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
4.  Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c)  program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.
5.     Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan  dilakukan evaluasi akhir  sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator berfungsi  pemberi informasi mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan  sebagai dasar untuk mengambil keputusan.

D. Tujuan Assesment
Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1.      Orientasi masalah, yaitu untuk membuat klien mengenali dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
2.      Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi klien maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi klien secara mendetil
3.      Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh klien
4.      Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif  tersebut
5.      Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah klien atau belum.
































DAFTAR PUSTAKA




Anni, Catharina Tri dan Rifa’I, Achmad. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Hood, Johnson. 1993. Assesment in Counseling : a guide to the Use Psychological Assesment Procedures. American Counseling Association.

Mugiarso, Sunawan. 2008. Pemahaman Individu II: Teknik Testing. Semarang: UNNES.

Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman Individu. Semarang : CV. Widya Karya.

Unsilster. 2009. Pengertian Assesment. http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/, diakses tanggal 8 maret.




  

2314290948_4a9e3da1b1.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar