
REVIEW
TEORI ASSESMENT
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Klasikal
Dosen
Pengampu: Dr. Awalya, M.Pd., Kons.
Disusun Oleh :
SIWI AGUSTIANINGSIH
1301411043
ROMBEL 01
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ASSESMENT
Assessment merupakan salah
satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam bimbingan dan
konseling. Karena
itulah asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral
dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling
itu sendiri. Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu
yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam
bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi
konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi
yang ada pada masalah klien.
Asesmen yang dilakukan sebelum, selama dan
setelah konseling berlangsung dapat memberi informasi yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
Dalam prakteknya, asesmen dapat digunakan sebagai alat untuk menilai
keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah terapi
untuk menyelesaikan masalah klien.
Asesmen
merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi yang
dimiliki oleh klien dalam
memecahkan masalah. Asesmen yang dikembangkan adalah
asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang ditetapkan dan
dikembangkan oleh Guru BK/ Konselor sekolah. Asesmen yang diberikan
kepada klien merupakan pengembangan dari area kompetensi
dasar pada diri klien yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam
bentuk indikator-indikator. Pada umumnya asesmen bimbingan konseling dapat
dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance test,
tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya,
asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan
berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah
karena asesmen yang tidak memadai akan menyebabkan tritmen gagal; atau
bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri klien. Meskipun menjadi dasar dalam melakukan tritmen
pada klien, tidak berarti konselor harus menilai (to assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi klien
pada saat itu jika tidak perlu. Kadangkala konselor menemukan bahwa
ternyata “hidup” klien sangat menarik. Namun demikian tidaklah efisien dan
tidak etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak relevan dengan
tritmen yang diberikan untuk mengatasi masalah klien. Karena itu, setiap
guru pembimbing/ konselor perlu berpegang pada pedoman pertanyaan sebelum
melakukan asesmen; yaitu “Apa saja yang perlu kuketahui mengenai klien?”. Hal
itu berkaitan dengan apa saja yang relevan untuk mengembangkan intervensi atau
tritmen yang efektif, efisien, dan berlangsung lama bagi klien.
A. Pengertian Assesment
Berikut ini akan lebih dijelaskan mengenai pengertian
assessment menurut beberapa ahli.
1.
Menurut Anwar Sutoyo
mengutip pendapatnya Aiken (1997: 454) menjelaskan bahwa human assessment
adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi,
atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu.
2.
Menurut
Heru Mugiarso dan Sunawan menyebutkan bahwa assessment mengacu pada penggunaan
berbagai metode pengukuran untuk memahami suatu objek.
3.
Menurut Robert M Smith (2002), assessment
merupakan suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan
untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran.
4.
Menurut James A.Mc.Lounghlin dan Rena B
Lewis assessment merupakan proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang
anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi
seseorang saat itu sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya
dibutuhkan.
5.
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
Assessment yaitu
mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi, memilih dan
mendesain program treatment, mengukur dampak treatment yang diberikan secara
terus menerus, mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
6.
Menurut Lidz (2003)
Assessment merupakan
proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang
meliputi gejala dan intensitasnya, kendala yang dialami, kelebihan dan kekurangannya
serta peran penting yang dibutuhkan anak.
7.
Khan, Hardas dan Ma (2005) dalam Achmad
Rifa’i
Asesmen merupakan proses
mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan.
8.
NAEYC dalam Achmad Rifa’i
Asesmen merupakan proses
pengamatan, pencatatan dan selanjutnya pendokumentasian pekerjaan yang
dikerjakan peserta didik dan cara-cara peserta didik mengerjakannya, untuk
dijadikan sebagai dasar dari berbagai pembuatan keputusan pendidikan yang
mempengaruhi anak.
9.
Dodge dan Bickart (1994) dalam Achmad
Rifa’i
Asessmen merupakan
proses memperoleh informasi tentang anak untuk membuat keputusan tentang
pendidikannya.
10. Hills (1992) dalam
Rifa’i
Asesmen terdiri atas
tahap pengumpulan data tentang perkembangan dan belajar peserta didik,
menentukan kebermaknaan tujuan program, memadukan informasi ke dalam
perencanaan program, dan mengkomunikasikan temuan kepada orang tua dan
pihak-pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan
pengertian di atas saya menyimpulkan bahwa assessment merupakan suatu kegiatan pengukuran
dan penilaian yang dilakukan dengan berbagai macam metode/cara untuk mengetahui
kondisi objek yang sebenarnya sehingga dapat memperoleh informasi yang jelas
yang akan digunakan untuk membuat suatu layanan kebutuhan yang sesuai.
B.
Fungsi Assesment dalam
Bimbingan dan Konseling
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ada
beberapa fungsi assessment, diantaranya
adalah.
1.
Menstimulasi klien
maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan
2.
Menjelaskan masalah yang
senyatanya
3.
Memberi alternative solusi
untuk masalah
4.
Menyediakan metode untuk
membandingkan alternative sehingga dapat diambil kesimpulan.
5.
Memungkinkan evaluasi
efektivitas konseling.
C.
Ruang Lingkup Assesment
Hood & Johnson
(1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need areas) dalam
bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:
1. Systems assessment, yaitu
asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai status dari
suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa
yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan
hasil konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan
atau outcome yang
diharapkan dalam konseling.
2. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh
informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk
menyeleksi bagian–bagian program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara
konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
khusus pada tahap pertama. Di sinilah muncul fungsi evaluator dalam asesmen,
yang memberikan informasi-informasi nyata yang potensial. Hal
inilah yang kemudian membuat asesmen menjadi efektif, yang dapat membuat klienmampu membedakan latihan yang
dilakukan pada saat konseling dan penerapannya di kehidupan
nyata dimana klien harus membuat suatu keputusan, atau memilih alternatif-altenatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.
nyata dimana klien harus membuat suatu keputusan, atau memilih alternatif-altenatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.
3. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai
pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang
menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
4.
Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam
perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap
informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program,
(c) program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang
mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.
5. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE),
program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna
bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai
dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator berfungsi
pemberi informasi mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan.
D.
Tujuan Assesment
Hood & Johnson
(1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling mempunyai
beberapa tujuan, yaitu:
1. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat klien mengenali dan menerima
permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
2. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi klien maupun konselor dalam
mengetahui masalah yang dihadapi klien secara mendetil
3. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh klien
4. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang
paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari
beberapa alternatif tersebut
5. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah
berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah klien atau belum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anni,
Catharina Tri dan Rifa’I, Achmad. 2012. Psikologi
Pendidikan. Semarang: UPT UNNES PRESS.
Hood, Johnson. 1993. Assesment in Counseling : a guide to the Use Psychological Assesment
Procedures. American Counseling Association.
Mugiarso, Sunawan. 2008. Pemahaman Individu II: Teknik Testing. Semarang: UNNES.
Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman Individu. Semarang : CV. Widya Karya.
Unsilster. 2009. Pengertian
Assesment. http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/,
diakses tanggal 8 maret.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar